Pakar keamanan siber Alfons Tanujaya berikan respon soal kebocoran saffrons spice data 34 juta paspor orang Indonesia yang dijual di dark web site oleh hacker Bjorka senilai USD 10.000 atau Rp 150 juta.

Menurut Alfons, bisa saja kebocoran 34 juta information paspor orang Indonesia itu valid, meski datanya terbatas. Sekadar informasi, data bocor diduga kuat dari Ditjen Imigrasi sebab tersedia information NIKIM (National Identiti Kartu Identitas Masyarakat) di dalamnya.

Selain itu, tersedia pula information seperti no paspor, nama lengkap, dan juga tanggal lahir pemilik paspor. Menurutnya, data-data ini tetap wajib dipastikan oleh Ditjen Imigrasi, berkenaan kesesuaian no NIKIM, paspor, dan nama pemegang paspornya.

Meski data paspor Indonesia bocor dinilai Alfons tidak cukup lengkap, bukan artinya tidak tersedia bahaya yang mengintai pemilik data. Pasalnya data-data paspor ini tetap bisa dipakai untuk mengidentifikasi si pemilik data. Belum lagi, kecuali pergerakan para pemilik paspor terdeteksi.

“Bahaya kecuali pergerakan orang ke mana saja terdeteksi. Itu seperti information Google Maps kamu, ketahuan dulu ke mana saja, negara apa saja, dan kapan saja,” kata Alfons.

Hal ini pun makin lama menjadi bahaya kecuali information yang bocor adalah punya pejabat atau petinggi negara.

Bisa Coreng Nama Indonesia di Dunia

“Kalau pejabat negara (yang datanya bocor) terlebih (bahayanya). Itu information yang wajib terlalu dirahasiakan,” tutur Alfons berikan penjelasan.

Belum lagi, menurutnya, kecuali information wisatawan asing yang berkunjung ke Indonesia yang bocor (dari server Ditjen Imigrasi) sebab tidak dijaga dengan baik.

“Itu bisa mencoreng nama Indonesia. Tidak tersedia orang yang yakin dengan Imigrasi Indonesia dalam mengatasi information teristimewa mereka (para wisatawan asing),” kata Alfons.

Bisa Bawa Dampak Buruk ke Pariwisata Indonesia

Ia pun menegaskan, kasus kebocoran information 34 juta paspor masyarakat Indonesia ini bukan hanya kasus kependudukan Indonesia, tapi menyangkut information keimigrasiaan.

“Ini bisa berdampak terlalu jelek bagi pariwisata Indonesia,” ia menuturkan.

Untuk itulah, ia menghendaki supaya pihak Imigrasi paham bahwa information yang mereka kelola merupakan amanah yang wajib dijaga, bukan suatu hal yang bisa dieksploitasi.

Ia termasuk mengingatkan, information yang dikelola institusi apa pun wajib dijaga sebaik-baiknya, pasalnya tiap information yang terungkap mempunyai potensi bahaya bagi si pemilik data.

Data Paspor Dijual Rp 150 Juta

Sementara itu sebelumnya, 34 juta information paspor Indonesia tersebut dijual di dark web dengan harga murah, yaitu hanya 10.000 dollar AS atau lebih kurang 150 juta.

Informasi ini pertama kali dibagikan oleh pengamat keamanan siber, Teguh Aprianto, sekaligus pendiri Ethical Hacker Indonesia, melalui akun Twitter-nya @secgron pada Rabu (5/7/2023).

Dalam unggahan tangkapan layar dari web site dark web site itu, hacker dengan nama akun Bjorka tawarkan seluruh 34 juta information paspor orang Indonesia tersebut seharga Rp 150 juta.

“34 juta information paspor Indonesia bocor dan dijual di dark web. Harga hanya $10k. Data termasuk no paspor, nama lengkap, tanggal lahir, model kelamin, alamat, no telepon, email, foto wajah dan isyarat tangan,” tulis Teguh.

Tak lupa pula, Teguh termasuk ikut me-mention akun Twitter Kemkominfo dan BSSN RI. “Ini @kemkominfo mirip @BSSN_RI sepanjang ini ngapain aja?” tulis Teguh.

Ada pun Info berkenaan file yang dimaksud. Ukuran file tersebut versi compressed dan uncompressed masing-masing sebesar 4 GB dengan keseluruhan file sebanyak 34.900.867.

Informasi, hacker Bjorka sendiri sempat menjadi perbincangan warganet di Indonesia ketika dia membocorkan information teristimewa pengguna di Indonesia jadi dari PeduliLindung, MyPertamina, sampai tarakhir 19 juta data BPJS Ketenagakerjaan.